Kisah
Gadis Buta
Pada
suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena
kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci
semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk
menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau
gadisnya itu sudah bisa melihat dunia. Suatu hari, ada seseorang yang
mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat
semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .
Kekasihnya
bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat
dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat
bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria
pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya
selama si gadis itu buta matanya. Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi
dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat
kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah
aku berikan kepadamu.”
* * * *
*
Kisah
di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam
hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup
sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima
kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling
menyakitkan. Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata
kasar Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara. Sebelum engkau
mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang tidak punya
apapun untuk dimakan. Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan
seseorang yang menangis kepada Tuhan untuk meminta penyembuhan sehingga
suaminya TIDAK LUMPUH seumur hidup. Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang
hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke alam kubur dengan
masih menyertakan kemiskinannya.
Sebelum
engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu
mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya. Dan ketika
engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para penganguran,
orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu. Dan ketika beban hidup
tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima
kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini. Hidup
adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah dan isilah hidup ini dengan
sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.
source: http://www.resensi.net/hidup-adalah-anugerah/2008/12/05/
================================================================
================================================================
KASIH SAYANG SEORANG AYAH
Seorang gadis yang sangat cantik, tinggi dan berkulit putih, dia bernama
dina. Dia tinggal sebuah daerah yaitu SIDAYU. Dia tinggal bersama mamanya dan
ayah tirinya.
Dina adalah anak yang lemah lembut, tapi, sejak ayah dan ibunya berpisah, Dia menjadi anak yang nakal, dan tidak punya sopan santun. Dina memilih tinggal bersama mama nya, sejak itu lah, hubungan Dina dengan ayahnya mulai berkurang. Dina yang tidak diperbolehkan mamanya berhubungan lagi dengan ayahnya.
Suatu ketika, ayah nya menelfon Dina karena ayahnya kangen sama dina, tapi sayangnya dina menjawab telfon dengan suara yang keras dan tidak sopan santun.
“ ngapain kamu nelfon aku ?, aku bukan anak mu lagi”
“ ini aku ayahmu nak, ayah kandung kamu”. Dengan sabar ayahnya menjawab dengan perlahan, ayahnya tidak mau Dina semakin benci sama ayahnya. Pada saat itu Dina langsung mematikan hp nya, Dina hanya berbicara baik kepada ayahnya kalau Dia lagi membutuhkan uangnya.
Semua temannya banyak yang memberi nasehat kepada Dina, agar lebih sopan pada ayahnya, semua temannya sangatlah prihatin kepada Dina dengan sikapnya tersebut.
“Dina, itu ayah kandung kamu, kamu tidak sepantasnya berbicara kasar seperti itu, meskipun ayah mu sudah bercerai degna mama mu, bukan berarti dia bukan ayah kamu lagi din.”. kata temannya
“ tau apa sih kamu tentang keluarga aku, kamu itu sok tau ya, jadi orang jangan sok tau deh, urus aja sana keluarga kamu, udah benar apa belum.” Jawab Dina dengan wajah marah
Mama nya Dina telah salah mendidik anaknya, karena Dina menjadi benci kepada ayahnya karena mama nya yang tidak memperboleh kan Dina untuk berhubungan lagi dengan ayahnya.
Suatu ketika, Dina kehabisan uang dan tidak berani meminta mama nya, dan akhirnya Dina pun menelfon ayahnya untuk segera mengirimkan uang secepatnya.
“ayah, ayah sekarang ada dimana ?, Dina lagi butuh banget nih sama ayah” ucap Dina.
“iya nak ada apa ??”. jawab ayah dengan tersenyum bahagia karena mendengar perkataan dina yang sangat sopan kepada ayah nya.
“ayah, aku lagi butuh uang sekarang nih yah, ayah mau tidak kirim uang ditabungan aku sekarang ?”. tanya Dina
Ayahnya yang mendengar Dina membutuhka uang, ayahnya tidak berfikir dua kali lagi. Dan ayahnya yang tidak mau Dina kesulitan, pada saat itu juga Ayahnya langsung mengirim uang pada tabungan Dina. Ayahnya sangat lah sayang pada Dina, meskipun ayahnya diperlakukan seperti itu sama Dina, tapi ayahnya masih sabar dan masih sayang pada Dina.
Dina yang memilih ikut dengan mamanya dan ayah tirinya, dan Dia sekarang memilih lebih patuh terhadap ayah tirinya, meskipun ayah tirinya tersebut tidak sebegitu sayang terhadap Dina. Ayah tirinya telah memiliki dua anak yang masih kecil. Dina sangat tidak sadar bahwa yang telah dia pillih adalah salah. Ayah tirinya memang baik, karena ayah nya kaya raya, jadi Dina bisa membeli barang apa saja yg dia mau.
Mama nya yang pernah bilang pada Dina “ jangan pernah menerima uang atau pun barang dari ayah mu yang dulu, orang yang pantas kamu panggil ayah adalah ayah yang sekarang”. Kata mamanya. Dina yang pada saat itu baru memasuki masa remajanya, dan sifatnya masih kekanak-kanakan, dia selalu menuruti apa kata mamanya, karena dia sangat takut pada mamanya.
“mama, kenapa aku harus membenci ayah aku ?” tanya Dina pada mamanya.
“ayah kamu itu tidak pantas untuk kamu nak, dia ayah yang sangat jahat” jawab mama.
Dina yang teringat pada masa kecil nya dulu, ayah lha yang mengajari dia menaiki sepeda, sehingga dia bisa menaiki sepeda, ayah yang selalu tegas dalam hal apa pun. Tapi Dina selalu berfikir bahwa ayah nya adalah orang yang jahat, yang tega meninggalkan Dina dan mama nya. Dina pernah mengirim sebuah pesan kecil kepada ayahnya, “kamu ayah yang jahat, yang tega meninggalkan Dina dan mama”.
Dina yang tidak tau mana yg benar dan mana yang salah, dina selalu mengirim pesan kepada ayah nya dengan tulisan “AYAH JAHAT” , tapi ayahnya selalu tegar dalam menghadapi sikap Dina, ayahnya selalu mengirim pesan, menelfon Dina setiap saat, selagi ayah nya bisa, meskipun dengan balasan yang tidak seharusnya diterima oleh ayah, dengan kata-kata kasar.
Dina yang sekarang menjadi anak remaja, dina selau pergi dengan teman-temannya sampai larut malam, meskipun ayah nya tidak satu rumah sama Dina, tapi ayah Dina selalu memantau keadaan Dina. Ayahnya yang pernah melihat dina keluar malam, ayah nya langsung mengirim pesan kepada Dina, dengan kalimat-kalimat nasehat.
“nak, kamu seorang perempuan, tidak sepantas nya kamu keluar malam kaya gitu nak”. Kata ayah
“tau apa sih kamu tentang aku, mama aku aja gak melarang sama sekali, dasar orang tua, ikut campur urusan anak remaja aja” jawab Dina dengan nada yang kasar.
Nasehat dari ayah tersebut, Dina menganggap bahwa itu adalah nasehat yang tidak penting, yang tidak untuk diperdengar. Dina merasa terganggu dengan nasehat-nasehat dari ayahnya.
Pada suatu ketika ayah nya yang sedang tidak punya uang, tiba-tiba Dina meminta uang pada ayahnya, Dina yang memaksa ayah nya untuk mengasih dia uang, tapi ayah nya hanya bisa diam dan tersenyum melihat tingkah laku Dina. Dina akhirnya marah dan mengucapkan kata-kata yanng sangat menyakiti ayah nya.
Dina adalah anak yang lemah lembut, tapi, sejak ayah dan ibunya berpisah, Dia menjadi anak yang nakal, dan tidak punya sopan santun. Dina memilih tinggal bersama mama nya, sejak itu lah, hubungan Dina dengan ayahnya mulai berkurang. Dina yang tidak diperbolehkan mamanya berhubungan lagi dengan ayahnya.
Suatu ketika, ayah nya menelfon Dina karena ayahnya kangen sama dina, tapi sayangnya dina menjawab telfon dengan suara yang keras dan tidak sopan santun.
“ ngapain kamu nelfon aku ?, aku bukan anak mu lagi”
“ ini aku ayahmu nak, ayah kandung kamu”. Dengan sabar ayahnya menjawab dengan perlahan, ayahnya tidak mau Dina semakin benci sama ayahnya. Pada saat itu Dina langsung mematikan hp nya, Dina hanya berbicara baik kepada ayahnya kalau Dia lagi membutuhkan uangnya.
Semua temannya banyak yang memberi nasehat kepada Dina, agar lebih sopan pada ayahnya, semua temannya sangatlah prihatin kepada Dina dengan sikapnya tersebut.
“Dina, itu ayah kandung kamu, kamu tidak sepantasnya berbicara kasar seperti itu, meskipun ayah mu sudah bercerai degna mama mu, bukan berarti dia bukan ayah kamu lagi din.”. kata temannya
“ tau apa sih kamu tentang keluarga aku, kamu itu sok tau ya, jadi orang jangan sok tau deh, urus aja sana keluarga kamu, udah benar apa belum.” Jawab Dina dengan wajah marah
Mama nya Dina telah salah mendidik anaknya, karena Dina menjadi benci kepada ayahnya karena mama nya yang tidak memperboleh kan Dina untuk berhubungan lagi dengan ayahnya.
Suatu ketika, Dina kehabisan uang dan tidak berani meminta mama nya, dan akhirnya Dina pun menelfon ayahnya untuk segera mengirimkan uang secepatnya.
“ayah, ayah sekarang ada dimana ?, Dina lagi butuh banget nih sama ayah” ucap Dina.
“iya nak ada apa ??”. jawab ayah dengan tersenyum bahagia karena mendengar perkataan dina yang sangat sopan kepada ayah nya.
“ayah, aku lagi butuh uang sekarang nih yah, ayah mau tidak kirim uang ditabungan aku sekarang ?”. tanya Dina
Ayahnya yang mendengar Dina membutuhka uang, ayahnya tidak berfikir dua kali lagi. Dan ayahnya yang tidak mau Dina kesulitan, pada saat itu juga Ayahnya langsung mengirim uang pada tabungan Dina. Ayahnya sangat lah sayang pada Dina, meskipun ayahnya diperlakukan seperti itu sama Dina, tapi ayahnya masih sabar dan masih sayang pada Dina.
Dina yang memilih ikut dengan mamanya dan ayah tirinya, dan Dia sekarang memilih lebih patuh terhadap ayah tirinya, meskipun ayah tirinya tersebut tidak sebegitu sayang terhadap Dina. Ayah tirinya telah memiliki dua anak yang masih kecil. Dina sangat tidak sadar bahwa yang telah dia pillih adalah salah. Ayah tirinya memang baik, karena ayah nya kaya raya, jadi Dina bisa membeli barang apa saja yg dia mau.
Mama nya yang pernah bilang pada Dina “ jangan pernah menerima uang atau pun barang dari ayah mu yang dulu, orang yang pantas kamu panggil ayah adalah ayah yang sekarang”. Kata mamanya. Dina yang pada saat itu baru memasuki masa remajanya, dan sifatnya masih kekanak-kanakan, dia selalu menuruti apa kata mamanya, karena dia sangat takut pada mamanya.
“mama, kenapa aku harus membenci ayah aku ?” tanya Dina pada mamanya.
“ayah kamu itu tidak pantas untuk kamu nak, dia ayah yang sangat jahat” jawab mama.
Dina yang teringat pada masa kecil nya dulu, ayah lha yang mengajari dia menaiki sepeda, sehingga dia bisa menaiki sepeda, ayah yang selalu tegas dalam hal apa pun. Tapi Dina selalu berfikir bahwa ayah nya adalah orang yang jahat, yang tega meninggalkan Dina dan mama nya. Dina pernah mengirim sebuah pesan kecil kepada ayahnya, “kamu ayah yang jahat, yang tega meninggalkan Dina dan mama”.
Dina yang tidak tau mana yg benar dan mana yang salah, dina selalu mengirim pesan kepada ayah nya dengan tulisan “AYAH JAHAT” , tapi ayahnya selalu tegar dalam menghadapi sikap Dina, ayahnya selalu mengirim pesan, menelfon Dina setiap saat, selagi ayah nya bisa, meskipun dengan balasan yang tidak seharusnya diterima oleh ayah, dengan kata-kata kasar.
Dina yang sekarang menjadi anak remaja, dina selau pergi dengan teman-temannya sampai larut malam, meskipun ayah nya tidak satu rumah sama Dina, tapi ayah Dina selalu memantau keadaan Dina. Ayahnya yang pernah melihat dina keluar malam, ayah nya langsung mengirim pesan kepada Dina, dengan kalimat-kalimat nasehat.
“nak, kamu seorang perempuan, tidak sepantas nya kamu keluar malam kaya gitu nak”. Kata ayah
“tau apa sih kamu tentang aku, mama aku aja gak melarang sama sekali, dasar orang tua, ikut campur urusan anak remaja aja” jawab Dina dengan nada yang kasar.
Nasehat dari ayah tersebut, Dina menganggap bahwa itu adalah nasehat yang tidak penting, yang tidak untuk diperdengar. Dina merasa terganggu dengan nasehat-nasehat dari ayahnya.
Pada suatu ketika ayah nya yang sedang tidak punya uang, tiba-tiba Dina meminta uang pada ayahnya, Dina yang memaksa ayah nya untuk mengasih dia uang, tapi ayah nya hanya bisa diam dan tersenyum melihat tingkah laku Dina. Dina akhirnya marah dan mengucapkan kata-kata yanng sangat menyakiti ayah nya.
“KURANG AJAR, APA SIH SUSAHNYA NGASIH UANG, DASAR !!”
Ayahnya yang mendengar ucapan Dina tersebut, hanya bisa diam, seorang ayah tidak mungkin meneteskan air matanya, tapi dalam hatinya, ayah menagis menjerit, melihat tingkah laku anaknya seperti itu. Dina yang melihat ayahnya seperti itu bukannya meminta maaf, tapi dia malah langsung pergi dan memaki-maki ayahnya.
Ayahnya yang mendengar ucapan Dina tersebut, hanya bisa diam, seorang ayah tidak mungkin meneteskan air matanya, tapi dalam hatinya, ayah menagis menjerit, melihat tingkah laku anaknya seperti itu. Dina yang melihat ayahnya seperti itu bukannya meminta maaf, tapi dia malah langsung pergi dan memaki-maki ayahnya.
Dina langsung pulang kerumah mamanya, “ kamu dari mana aja dina?”. Tanya
mamanya
“ baru pulang dari rumah teman ma, habis kerja kelompok”. Jawab dina dengan perkataan yang gugup. Mama Dina yang pada saat itu berpura-pura percaya pada Dina, padahal mamanya curiga dengan gerak-gerik Dina yang aneh. Mamanya yang harus sering-sering memantau Dina karena kecurigaan nya tersebut. Tapi, Dina mengetahui bahwa mamanya hanyalah berpura-pura percaya pada Dina. Dina sangatlah berhati-hati ketika bepergian kemana-mana.
Dina yang pada saat itu mau keluar malam, tiba-tiba didepan pintu ada seorang wanita yang berdiri, dan itu ternyata mamanya sendiri. Mamanya menanyai kemana Dina mau pergi. “ kamu mau pergi kemanan ?”. tanya mamanya
“ aku mau pergi jalan-jalan sama teman-teman ma, emangnya kenapa ma ?”. tanya kembali
“ baru pulang dari rumah teman ma, habis kerja kelompok”. Jawab dina dengan perkataan yang gugup. Mama Dina yang pada saat itu berpura-pura percaya pada Dina, padahal mamanya curiga dengan gerak-gerik Dina yang aneh. Mamanya yang harus sering-sering memantau Dina karena kecurigaan nya tersebut. Tapi, Dina mengetahui bahwa mamanya hanyalah berpura-pura percaya pada Dina. Dina sangatlah berhati-hati ketika bepergian kemana-mana.
Dina yang pada saat itu mau keluar malam, tiba-tiba didepan pintu ada seorang wanita yang berdiri, dan itu ternyata mamanya sendiri. Mamanya menanyai kemana Dina mau pergi. “ kamu mau pergi kemanan ?”. tanya mamanya
“ aku mau pergi jalan-jalan sama teman-teman ma, emangnya kenapa ma ?”. tanya kembali
“ kamu beneran mau pergi sama teman-teman kamu ?, kamu tidak pergi sama
ayah mu yang jahat itu kan ?”.
“ gak lha ma, aku gak mungkin mau pergi sama orang itu lagi “. Jawab dina.
Mendengar perkataan dari Dina, mamanya merasa lega dan memperbolehkan Dina untuk keluar malam. Mamanya hanya berpesan pada Dina agar tidak pulang malam-malam.
“ gak lha ma, aku gak mungkin mau pergi sama orang itu lagi “. Jawab dina.
Mendengar perkataan dari Dina, mamanya merasa lega dan memperbolehkan Dina untuk keluar malam. Mamanya hanya berpesan pada Dina agar tidak pulang malam-malam.
Tapi, Dina pergi kerumah ayahnya untuk meminta uang buat pergi
jalan-jalan sama teman-teman nya. Dina yang tidak diperbolehkan ayahnya buat
keluar malam, karena takut Dina tersesat dengan pergaulan bebas. Dina memarahi
ayahnya yang melarangnya buat keluar malam.
“Lo kira aku ini nenek-nenek apa ?, aku ini anak remaja, butuh hiburan malam ya.” Ucap Dina
“ tapi, itu tidak baik buat amu nak, ayah sangat khawatir dengan keadaan kamu nak”. Jawab ayahnya
“ udah deh, aku kesini Cuma minta uang, kenapa harus mendengar ceramah-ceramah yang tidak penting ini, bosen tau mendengar ceramah-ceramah kamu, kalau tidak punya uang bilang saja, aku gak an minta kok”. Jawab Dina sambil meninggalkan rumah ayahnya.
“Lo kira aku ini nenek-nenek apa ?, aku ini anak remaja, butuh hiburan malam ya.” Ucap Dina
“ tapi, itu tidak baik buat amu nak, ayah sangat khawatir dengan keadaan kamu nak”. Jawab ayahnya
“ udah deh, aku kesini Cuma minta uang, kenapa harus mendengar ceramah-ceramah yang tidak penting ini, bosen tau mendengar ceramah-ceramah kamu, kalau tidak punya uang bilang saja, aku gak an minta kok”. Jawab Dina sambil meninggalkan rumah ayahnya.
Dina yang berharap ayahnya memanggil namanya dan mengasih uang, tapi, tidak
tepat dengan harapan Dina. Ayahnya malah tersenyum melihat Dina seperti itu.
Dina melihat ayahnya tersenyum, semakin marah Dina terhadap ayahnya.
Dina akhirnya pergi malam untuk jalan-jalan dan bersenang-senang dengan
teman-temannya. pada saat Dina pulang, ternyata mamanya mengetahui bahwa Dina
malam itu pergi ke rumah ayah kandung nya, mamanya sangat marah dan menatap
Dina dengan raut wajah yang sangat kejam.
“ kamu dari mana aja ?”. tanya mamanya.
“ kamu dari mana aja ?”. tanya mamanya.
“ aku habis jalan-jalan ma sama teman-teman aku, ada apa sih ma, kok
kayaknya curiga banget sama aku ..?” kata Dinda
“ kamu jawab yang jujur, kamu pergi kemana aja ?, apakah kamu ke rumah ayah mu yang jahat itu ??, mama kan udah pernah bilang, jangan berhubungan lagi sama laki-laki itu, laki-laki itu bukan lagi ayah kamu, kamu ngerti gak sih Din ?, jawab yang jujur?”. Tanya mamanya dengan suara yang keras dan kasar
“ iya ma, aku tadi pergi kerumah ayah, tapi aku Cuma minta uang sama dia ma, aku gak bakal ulangin lagi kok ma perbuatan itu”. Jawab Dina.
Mamanya yang hampir menampar pipi Dina, tapi ditahan dengan ayah kandungnya Dina, mamanya kaget melihat kedatangan ayahnya. Dina langdung memeluk ayahnya karena takut dengan mamanya.
“ kamu jawab yang jujur, kamu pergi kemana aja ?, apakah kamu ke rumah ayah mu yang jahat itu ??, mama kan udah pernah bilang, jangan berhubungan lagi sama laki-laki itu, laki-laki itu bukan lagi ayah kamu, kamu ngerti gak sih Din ?, jawab yang jujur?”. Tanya mamanya dengan suara yang keras dan kasar
“ iya ma, aku tadi pergi kerumah ayah, tapi aku Cuma minta uang sama dia ma, aku gak bakal ulangin lagi kok ma perbuatan itu”. Jawab Dina.
Mamanya yang hampir menampar pipi Dina, tapi ditahan dengan ayah kandungnya Dina, mamanya kaget melihat kedatangan ayahnya. Dina langdung memeluk ayahnya karena takut dengan mamanya.
“ kamu tidak pantas menampar Dina, dia anak yang tidak punya dosa, dia
tidak punya salah apa-apa, kenapa kamu melarang Dina untuk berhubungan dengan
aku lagi, aku ini ayah kandungnya??”. Tanya ayahnya kepada mamanya Dina.
Mamanya hanya bisa diam mendengar perkataan itu, dan tidak bisa menjawab dengan satu kata pun.
Mamanya hanya bisa diam mendengar perkataan itu, dan tidak bisa menjawab dengan satu kata pun.
Dan akhirnya Dina menyadari bahwa ayahnya adalah orang yang sangat baik
terhadap Dina, Dina meminta maaf kepada ayahnya, Dina menyesali dengan
perbuatanya tersebut, dan Dina akhirnya memilih untuk tinggal bersama ayahnya.
Meskipun Dina tinggal bersama ayahnya, tapi, ayahnya tidak pernah melarang Dina
untuk bertemu sama mama nya, karena menurut ayahnya, tidak ada kata mantan buat
orang tua, dan tidak ada yang bisa menggantikan kebaikan kedua orang tua.
Meraka saling berhubungan satu sama lain.
Dina hidup bahagia melihat mama dan ayahnya sudah baikan, meskipun tidak
untuk kembali berkeluarga, karena mamanya Dina sudah mempunyai keluarga baru.
Yang di inginkan Dina hanya ingin melihat mama dan ayahnya bahagia. Dina selalu
menyesali apa yang pernah diperbuat kepada ayahnya, dan tidak ada yang bisa
menggantikan ayah kandung nya lagi.
================================================================
Merawatmu di Usia Senja
Robertson
Mc Quilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai rektor di
Universitas Internasional Columbia dengan alasan merawat istrinya,
Muriel, yang sakit alzheimer yaitu gangguan fungsimotak. Muriel sudah
seperti bayi, tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan, mandi dan
buang air pun ia harus dibantu.Robertson memutuskan untuk merawat istrinya
dengan tangannya sendiri, karena Muriel adalah wanita yang sangat
istimewa baginya.
Pernah
suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di
luar kesadaran, Muriel malah menyerakkan air seninyasendiri, sehingga
Robertson kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan
memukul betisnya, guna menghentikannya. Setelah itu Robertson menyesal
dan berkata dalam hatinya, “Apa gunanya saya memukulnya, walaupun tidak
keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah,
saya belum pernah menyentuhnya karena marah, namun kini di saat ia sangat
membutuhkan saya, saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan.”Tanpa
peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang
telah dilakukannya.
Pada
tanggal 14 Februari 1995, hari itu adalah hari istimewa untuk Robertson
dan Muriel, karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar
Muriel. Pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu
menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel. Menjelang tidur ia
mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, “Tuhan yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian Mu. Amin.”
mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, “Tuhan yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian Mu. Amin.”
Pagi
harinya, ketika Robertson berolahraga dengan menggunakan sepeda
statisnya, Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil
posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson.Untuk
pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel tidak pernah
berbicara, memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening,
“Sayangku … sayangku …” Robertson melompat dari sepedanya dan segera
memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu.”Sayangku, kau benar2
mencintaiku bukan ?” tanya Muriel. Setelah melihat anggukan dan senyum di
wajah Robertson, Muriel berbisik, “Aku bahagia !”Itulah kata-kata terakhir yang
diucapkan Muriel kepada Robertson.
Memelihara
dan membahagiakan orang-orang yang berarti dalam hidup kita adalah suatu
ibadah di hadapan Tuhan. Mengurus suami atau isteri yang sudah tidak
berdaya adalah suatu perbuatan yang mulia. Mengurus ayah/ibu atau mertua
adalah tugas seorang anak ataupun menantu. Mengurus kakek atau nenek yang
sudah renta dan pikun juga adalah tanggung jawab para cucu. Jangan
abaikan mereka yang telah renta, apalagi ketika mereka sudah tidak bisa
berbuat apa2 lagi. Peliharalah mereka dengan kesabaran dan penuh kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar